BOYMAN SANG BINTANG
SCENE : 01. EXT.
HALAMAN RUMAH –SIANG
Suasana
disebuah gang kampung dengan bagraun dinding sedangkan boyman berjalan sendiri
dengan rasa senang karena dirinya diterima di perguruan tinggi dikota
SCENE : 02. EXT.
HALAMAN RUMAH –SIANG
Tampak
rumah dari depan jalan kecil dan didepan rumah itu tampak kendaraan yang
berlalu lalang tidak lama kemudian
boyman berjalan menuju rumahnya dengan membuka pintu lalu memasukinya
SCENE : 03. INT.
KONTRAKAN–SIANG
Bapak
boyman duduk bersandar didinding rumahnya. Boyman masuk dan mendekati bapaknya
dengan rasa senang
BAPAK
Dari mana boy? seneng banget kamu
kenapa?
BOYMAN
Aku diterima pak di kuliah (senyum)
BAPAK
Boyman, bapak kan sudah bilang kamu itu
jangan kuliah, bapak tidak mampu untuk membiayainya (gelisah)
BOYMAN
Boy akan nekad pak, boy akan berusaha
sendiri semaksimal mungkin untuk biaya kulyah itu
BAPAK
Kamu yakin dengan tekadmu itu
(mempertegas pernyataannya)
BOYMAN
Yakin pak, boyman hanya minta ijin pada
bapak untuk berangkat dan harus sekarang berangkatnya
BAPAK
Ya sudah sana persiapkan
Boyman berjalan dari dekat bapaknya dan
masuk kesebuah kamarnya. Sedangkan bapaknya masih duduk ditempat itu
BAPAK
Boy, mudah-mudahan kamu berhasil (berbicara sendiri)
Boyman keluar dari kamarnya dengan
sebuah tas yang dirangkulnya berjalan dari kamarnya mendekati bapaknya yang
sedang mengambil sebuah gitar kecil
BOYMAN
Bapak, saya berangkat sekarang (dengan kesedihan namun penuh keyakinan)
BAPAK
Baneran kamu berangkat boy dan yakin
atas pendirian kamu itu (cemas)
BOYMAN
Yakin pak
BAPAK
Ya sudah bapak ijinkan, maaf sekali
bapak tidak bisa membantumu (dengan wajah
yang sedih)
BOYMAN
Tidak apa-apa dong pak, doakan saja
semoga berhasil (membuat bapaknya tegar)
BAPAK
Boy ini gitar punya bapak satu-satunya,
gunakan gitar ini sebagai pedoman hidupmu (wajah yang murung)
BOIMAN
Baik pak, boy berangkat dulu (mencium
tangan bapaknya)
SCENE : 04. EXT.
HALAMAN RUMAH –SIANG
Boyman
keluar dari dalam rumahnya berjalan menuju jalan didepan rumahnya sedangkan
bapaknya yang menunggunya dipintu rumahnya
BAPAK
Hati-hati boy, jangan pulang kalau tidak
sukses (memberi semangat)
BOYMAN
Baik pak, assalamualaikum
BAPAK
Waalaikum salam
Bapaknya
termenung sendiri atas kepergian anaknya lalu masuk kedalam rumahnya
SCENE : 05. EXT. JALANAN
KOTA–SIANG
Nampak
suasana jalan raya dikota dengan dipadati oleh kendaraan yang berlalu lalang.
Boyman berjalan sendiri dengan lemas sambil memegang sebuah gitar dipinggir
jalan
SCENE : 06. EXT. PINTU
GERBANG KAMPUS–SIANG
Tampak
megah pintu gerbang ISI dari depan dengan kendaraan yang berlalu lalang
didepannya pintu gerbang itu, boyman berjalan didepan pintu gerbang itu sambil
melihat-lihat lingkungan didalamnya. Lalu berjalan memasuki kearah jalan
lingkungan kampus sambil melihat gedung-gedung dipinggir jalan kampus
SCENE : 07. EXT.
SEBELAH UTARA PRODI MUSIK –SIANG
Boyman
berjalan dari pintu gerbang kampus lalu duduk dipinggir jalan kampus dan
memegang gitar itu dengan kebingungannya sambil melihat-lihat gitarnya itu
BOYMAN
Sukurlah aku diterima kulyah disini,
tapi aku bingung sekarang. Bapak bilang katanya gitar ini pedoman hidup aku gak
ngerti ya sudahlah
Boyman
berdiri dan berjalan lagi kearah jalan kampus
SCENE : 08. EXT.
DEKANAN FAKULTAS PERTUNJUKAN–SIANG
Nampak gedung
dekanan dari depan, Boyman berjalan dari jalan langkahnya terhenti seperti
menemukan pemikiran baru lalu duduk diteras dekanan fakultas pertunjukan
BOYMAN
“Oh aku tau kenapa bapak bilang gitar
ini sebagai pedoman hidup artinya suruh ngamen, iya ngamen
Sekarang aku belajar gitar aja (ngomong sendiri)”
Boyman
sedang belajar gitar. Dari sudut jalan dua orang perempuan menuju tempat boyman
belajar
KARAS
“main gitar aja gak tau (pura-pura tidak tau dengan sombong)”
BOYMAN
“sombong amet jadi orang, belum tau
siapa boyman (merasa terganggu belajarnya)”
KARAS
“kurang ajar (berbalik arah)”
LENA
“sudah-sudah jangan hiraukan, ini
sudahterlambat kita masuk (menarik tangan
karas)”
Boyman
berdiri seperti akan berantem karena marah sedangkan kedua orang itu berjalan
kesudut jalan. Boyman duduk kembali dengan kesombongannya
BOYMAN
“belum tau siapa boyman (memegang bajunya)”
Boyman
duduk kembali dan meneruskan belajar gitar
SCENE : 09. EXT. DEPAN
PERTOKOAN–SIANG
Diantara
pertokoan dipinggir jalan boyman berjalan dengan sebuah gitar ditangannya lalu
mulai memainkan gitarnya namun tidak ada yang memberinya. Boyman berjalan dari pertokoan menyebrang jalan raya.
SCENE : 10. EXT. MASJID–SIANG
Tampak masjid terlihat dari depan boyman berjalan
didepan masjid dan duduk diteras masjid merenungi nasibnya sendiri dengan gitar
ditangannya
BOYMAN
“Nasibku ini malang bener
ya, ngamen gak ada yang beri, tapi aku tak boleh menyerah harus ngamen lagi
yang giat, harus”
Boyman terbangun dari duduknya dan berjalan lagi dari
teras masjid gitu
SCENE : 11. EXT. PERTOKOAN–SIANG
Boyman
berjalan didepan toko-toko itu dan mulai mengamen dengan bernyanyi sedangkan
gitar ditangannya orang-orang memberinya. Kemudian disalah satu toko bertemu
dengan geng pengamen yang ketuanya perempuan yang menguasai daerah itu
Karas
perkenalkan namaku karas penguasa
pengamen didaerah sini
Boyman :
aku boyman, pengamen baru di neger
i
ini
Karas mendekati boyman langsung
memukulnya hingga terjatuh dan ahirnya boyman pergi
Boyman :
aduh boyman kalah
SCENE : 09. EXT. SALAH
SATU TOKO –SIANG
Boyman
itu mengamen lagi ditoko lalu penjaganya menemuinya dan pergi
Penjaga
: hei sudah tadi
Boyman
: sudah ya buk, maaf boyman lupa
SCENE : 10. EXT. PINGGIR
LAPANGAN SEPAK BOLA –SIANG
Boyman
berjalan dengan menghitung uang yang ia dapatkan
Boyman
: alhamdulillah, ternyata aku
bisa membiayai kulyah dan hidupku sendiri, ini memang benar-benar pedoman
hidup, makasih pak
Didepannya
ada seorang bencong yang mencegatnya dan menggodanya lalu dia berbaik arah dan
berlari sedangkan bencong itu kesel sambil melihat boyman berlari
Bencong
: abang tunngu bang, ih abang
Boyman
berlari tanpa memandang kedepan hingga dia menabrak seorang wanita hingga
keduanya terjatuh, keduanya pun tersenyum saling pandang kemudian boyman pergi
karena bencong itu memanggil-manggilnya
Boyman
: maaf sekali
SCENE : 11. EXT.
HALAMAN RUMAH –SIANG
Tampak
rumah dari jalan
SCENE : 12. INT.
KONTRAKAN–SIANG
Bapak
boyman melihat kalender di dinding
Bapak
: boy kamu kapan pulang sudah
hampir setahun gak pulang, bapak kangen sama kamu boy
Berjalan
menuju kamarnya dan masuk kedalam
SCENE : 12. INT.
KAMAR–SIANG
Bapak
boyman mengambil foto boyman dan didekapnya
SCENE : 13. EXT.
JALANAN KAMPUNG–SIANG
Boyman
berjalan dengan kegembiraan akan bertemu bapaknya
SCENE : 14. EXT.
HALAMAN RUMAH –SIANG
Boyman
berjalan menuju pintu dan mengetok pintu
SCENE : 15. INT. KAMAR –SIANG
Bapaknya
terkejut mendengar boyman mengetok pintu dan segera keluar dari kamarnya
Bapak
: kayaknya boyman datang
SCENE : 16. EXT.
HALAMAN RUMAH –SIANG
Boyman
menunggu dipintu lalu ayahnya membuka pintu dan mendekati boyman
Boyman
: bapak, boy berhasil membiayai
semuanya
Bapak
: syukurlah
Boyman
: bapak tau apa rahasianya?
Bapak
: apa boy
Boyman
: semua ini berkat leluhur bapak,
gitar ini. Saya menjadi terkenal kemana-mana jangan bilang-bilang tapi
dipertokoan
Bapak
: hehehe
SELESAI













